Rabu, 17 Februari 2016

Buku ajar farmakologi 1 (Diabetes)



BUKU AJAR “FARMAKOLOGI I”
Akademi Farmasi NUSAPUTERA Semarang
Nama : Yithro Serang,M.farm.,Apt

Kegunaan Farmakologi 1 bagi mahasiswa : Setelah mengikuti perkuliahan Farmakologi I mahasiswa semester III mampu menjelaskan mekanisme kerja obat dalam tubuh, efek samping dan bahaya-bahayanya serta cara mengatasinya.
Capaian pembelajaran : Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan tentang penyakit diabetes, menyebutkan  golongan obat-obat diabetes dan mekanisme kerja.
Indikator :
1.     Mahasiswa memahami pengertia diabetes melitus
2.     Mahasiswa mampu menjelaskan Patofisiologi dari diabetes melitus
3.     Mahasiswa mampu menjelaskan tipe-tipe diabetes melitus
4.     Mahasiswa mampu menyebutkan obat antidiabetes.
BAB 1
DIABETES
1.     Pendahuluan
Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok penyakit yang dikarakterisasi oleh tingginya level glukosa darah sebagai akibat dari penurunan kemampuan tubuh untuk memproduksi dan atau menggunakan insulin (American Diabetes Association, 2011). Penyakit DM dapat terjadi akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya (Triplitt et al., 2005). DM menjadi salah satu penyakit terbesar di dunia. WHO memperkirakan sekitar 347 juta orang di seluruh dunia mengidap diabetes. Diperkirakan bahwa pada tahun 2030, diabetes menjadi penyebab utama tujuh kematian di dunia. Jumlah kematian akibat diabetes diproyeksikan meningkat lebih dari 50% dalam 10 tahun ke depan. Pada tahun 2005, diperkirakan 1,1 juta orang meninggal karena diabetes, hampir 80% diantaranya terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah, dan setengah dari pada orang di bawah usia 70 tahun, 55% dari kematian diabetes pada wanita (Anonim, 2012). WHO memprediksi Indonesia sebagai negara no 4 di dunia dengan jumlah penderita DM sebesar 21,3 juta pada tahun 2030 setelah India, Cina, dan Amerika Serikat.
2.     Klasifikasi diabetes mellitus
American Diabetes Association (ADA) mengklasifikasikan DM menjadi empat kelas yaitu DM tipe I, DM tipe II dan diabetes tipe tertentu dari diabetes karena penyebab lain, misalnya disebabkan karena cacat genetik dan diabetes gestasional.
a.     Diabetes mellitus tipe I. Merupakan DM yang tergantung pada insulin. DM tipe I dicirikan dengan hilangnya sel beta pada pulau-pulau Langerhans pankreas sehingga terjadi defisiensi insulin yang absolut pada tubuh. DM tipe ini dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa. Saat ini, DM tipe I hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin dan pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat monitor pengujian darah.
b.     Diabetes mellitus tipe II. DM tipe II ini disebabkan oleh kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin. DM tipe II ini merupakan diabetes yang paling umum terjadi dibandingkan dengan jenis diabetes lainnya. Etiologi dari DM tipe II belum sepenuhnya diketahui secara jelas. Faktor genetik dan pengaruh lingkungan cukup berperan menyebabkan DM tipe II, antara lain obesitas, diet tinggi lemak dan rendah serat serta aktivitas yang kurang. Selain resistensi insulin pada penderita DM tipe II dapat juga timbul gangguan sekresi insulin dan produksi gula hepatik yang berlebihan, namun tidak terjadi kerusakan sel-sel beta seperti pada DM tipe I. Defisiensi fungsi insulin pada penderita DM tipe II bersifat relatif tidak absolut (BINFAR, 2005)
c.      Diabetes mellitus tipe lain. Terdapat beberapa faktor penyebab diabetes jenis ini diantaranya penyakit pada pankreas yang merusak sel β, seperti hemokromatosis, pankreatitis, fibrosis kistik, sindrom hormonal yang mengganggu sekresi dan atau menghambat kerja insulin, seperti akromegali, feokromositoma, dan sindrom Cushing, obat-obat yang mengganggu sekresi insulin antara lain fenitoin (Dilantin) atau menghambat kerja insulin (estrogen dan glukokortikoid), kondisi tertentu yang jarang terjadi, seperti kelainan pada reseptor insulin dan sindrom genetik (Arisman, 2011).
d.     Diabetes gestational. Diabetes kehamilan didefinisikan sebagai setiap intoleransi glukosa yang timbul atau terdeteksi pada kehamilan pertama, tanpa memandang derajat intoleransi serta tidak memperhatikan apakah gejala ini lenyap atau menetap selepas melahirkan. Diabetes jenis ini biasanya muncul pada kehamilan trimester kedua dan ketiga. Kategori ini mencakup DM yang terdiagnosa ketika hamil (sebelumnya tidak diketahui). Wanita yang sebelumnya diketahui telah mengidap DM, kemudian hamil, tidak termasuk ke dalam kategori ini (Arisman, 2011).

3.     Patofisiologi DM
Karbohidrat terdapat dalam berbagai bentuk termasuk gula sederhana atau monosakarida dan unit-unit kimia yang komplek seperti disakarida dan polisakarida (Sylvia et al, 2005). Organ tubuh manusia yang berperan penting dalam metabolism karbohidrat adalah pankreas (Jones, 2003). Pankreas secara histologi terdiri dari sel acini dan islet Langerhans yaitu berupa sel alfa, sel beta, dan sel delta. Setiap sel memiliki fungsi dan peranannya masing-masing antara lain sel alfa berperan dalam mensekresikan glukagon sebagai respon dari penurunan kadar gula dalam darah. Sel beta berperan penting terhadap sekresi insulin sebagai respon dari peningkatan kadar gula dalam darah (Jones, 2003).
Metabolisme karbohidrat diatur oleh hormon insulin dan glukagon. Pada keadaan normal kedua hormon ini akan menjaga kadar gula darah tetap pada rentang normal dan menjamin ketersediaan glukosa untuk disuplai ke sel-sel syaraf pusat. Insulin bekerja menurunkan kadar glukosa darah dengan menghambat glikogenolisis, menstimulasi lipogenesis, serta menstimulasi glikogenesis. Glikogenolisis merupakan perubahan glikogen menjadi glukosa. Lipogenesis memfasilitasi masuknya glukosa ke dalam jaringan lemak. Saat kadar gula dalam darah turun sel alfa mengeluarkan glukagon dan menstimulasi hormon-hormon counterregulatory seperti hormon kortisol, adrenalin, yang mampu meningkatkan kadar glukosa darah dengan menstimulasi glikogenolisis, glukoneogenesis disertai dengan lipolisis. Penderita diabetes mellitus, pengaturan kadar gula darah tidak berjalan normal (Jones, 2003).


4.     Gejala klinik dan kriteria diagnosis
Gejala klinik dari pasien DM adalah : Poliuria, Polifagia, Polidipsi, Penurunan berat badan, Pandangan kabur, Pusing, Mual dan Kesemutan.
Kriteria diagnosis DM:
        HbA1c ≥ 6,5%
        Gula darah puasa ≥ 126 mg/dl
        Gula darah 2 jam sesudah makan ≥ 200 mg/dl
        Gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dl


5.     Metode analisa kadar glukosa darah
a.      Metode glukometer. Metode ini merupakan metode yang paling banyak dipilih dan paling sering digunakan. Metode ini paling mudah dan cepat dilakukan. Mekanisme kerja glukometer dimana sampel darah akan masuk ke dalam test strip melalui aksi kapiler. Glukosa yang ada dalam darah akan bereaksi dengan glukosa oksidase dan kalium ferisianida yang ada dalam strip dan akan dihasilkan ferosianida. Kalium ferosianida yang dihasilkan sebanding dengan konsentrasi glukosa yang ada dalam sampel. Oksidasi kalium ferosianida akan menghasilkan muatan listrik yang kemudian akan diubah oleh glukometer untuk ditampilkan sebagai konsentrasi glukosa pada layar.β-D-Glukosa+kalium ferisianida glukosa oksidase asam glukonat+Kalium Ferosianida Kalium Ferosianida oksidasi kalium Ferisianida + e –
b.     Metode glucose dehidrogenase (GLUC-DH). GLUC-DH adalah sebuah metode rutin enzimatik penuh yang diberikan dari yang lain oleh spesifikasinya yang tinggi dan praktis. Pengukuran dilakukan dengan spektrofotometri UV-Vis daerah 546 nm. Prinsip metode ini adalah glukosa dehidrogenase mengkatalisa oksidasi dari glukosa. Metode GLUC-DH dapat digunakan pada bahan sampel dideproteinisasi serta untuk hemolisat (Merck, 1987).
c.      Metode GOD-PAP. Reaksi kolorimetri-enzimatik untuk pengukuran pada cahaya yang terlihat oleh mata. Persamaannya:
Glukosa + O2 + H2O GOD Asam Glukolat + H2O2.
d.     Metode O-toludine. Prinsip kerja dari metode ini adalah glukosa bereaksi dengan o-toludine dalam asam asetat panas dan menghasilkan senyawa berwarna hijau yang ditemukan secara fotometris.
6.     Komplikasi DM
Penderita DM sangat rentan terhadap berbagai komplikasi penyakit. Pada prinsipnya kontrol gula darah yang ketat dapat mengurangi resiko komplikasi. Komplikasi diabetes mellitus dapat mengenai beberapa organ antara lain mata, ginjal, saraf, pembuluh darah besar dan kecil (Isoma, 2001). Komplikasi kronik yang terjadi meliputi komplikasi makroangiopati dan mikroangiopati.
7.     Terapi DM
Obat antidiabetes oral yang tersedia saat ini cukup efektif untuk terapi DM tipe II. Saat ini tersedia lima golongan obat antidiabetes oral untuk DM tipe II, yaitu golongan sulfonilurea (contoh: glimepirid, gilipizid dan glibenklamid), biguanida (contoh: metformin), meglitinida, inhibitor α-glukosidase (contoh: akarbose dan miglitol), dan agonis reseptor PPAR-γ (glitazon). Berdasarkan mekanisme penurunan kadar glukosa, biguanida dan glitazon dikategorikan sebagai sensitisator insulin karena kemampuannya mereduksi resistensi insulin, sedangkan sulfonilurea dan meglitinida dikategorikan sebagai peningkat sekresi insulin karena kemampuannya meningkatkan pelepasan insulin endogen (DiPiro et al., 2008). Target terapi DM:
·       HbA1c < 7,0%
·       Gula darah 2 jam sesudah makan < 180 mg/dl
·       Gula darah pre pandial 70 – 130 mg/dl  (ADA Guidelines, 2012)
8.     Kesimpulan
Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok penyakit yang dikarakterisasi oleh tingginya level glukosa darah sebagai akibat dari penurunan kemampuan tubuh untuk memproduksi dan atau menggunakan insulin (American Diabetes Association, 2011). Saat ini tersedia lima golongan obat antidiabetes oral untuk DM tipe II, yaitu golongan sulfonilurea (contoh: glimepirid, gilipizid dan glibenklamid), biguanida (contoh: metformin), meglitinida, inhibitor α-glukosidase (contoh: akarbose dan miglitol), dan agonis reseptor PPAR-γ (glitazon).

SENARAI :
Poliuria           : banyak kencing
Polifagia         : banyak makan
Polidipsi         : banyak minum
Daftar Pustaka
[ADA]. 2012. Standar of medical care in diabetes-2012. American Diabetes Association Journal. Vol. 35.
American Diabetes Association. 2011. Standards of medical care in diabetes, diabetes care. Supplement_1. Volume 34:512
DiPiro JT, Talbert RL, Yee GC, Matzke GR, Wells BG, Posey LM. 2008. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. Seventh Edition. New York: McGraw-Hill.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar