BUKU AJAR “FARMAKOLOGI I”
Akademi Farmasi NUSAPUTERA Semarang
Nama : Yithro Serang,M.farm.,Apt
Kegunaan
Farmakologi 1 bagi mahasiswa : Setelah mengikuti
perkuliahan Farmakologi I mahasiswa semester III mampu menjelaskan mekanisme
kerja obat dalam tubuh, efek samping dan bahaya-bahayanya serta cara
mengatasinya.
Capaian pembelajaran : Setelah
mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan tentang penyakit
diabetes, menyebutkan golongan obat-obat
diabetes dan mekanisme kerja.
Indikator :
1. Mahasiswa
memahami pengertia diabetes melitus
2. Mahasiswa
mampu menjelaskan Patofisiologi dari diabetes melitus
3. Mahasiswa
mampu menjelaskan tipe-tipe diabetes melitus
4. Mahasiswa
mampu menyebutkan obat antidiabetes.
BAB 1
DIABETES
1.
Pendahuluan
Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok penyakit yang dikarakterisasi
oleh tingginya level glukosa darah sebagai akibat dari penurunan kemampuan
tubuh untuk memproduksi dan atau menggunakan insulin (American Diabetes Association, 2011). Penyakit DM dapat terjadi
akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya (Triplitt et
al., 2005). DM menjadi salah satu penyakit terbesar di dunia. WHO memperkirakan
sekitar 347 juta orang di seluruh dunia mengidap diabetes. Diperkirakan bahwa
pada tahun 2030, diabetes menjadi penyebab utama tujuh kematian di dunia.
Jumlah kematian akibat diabetes diproyeksikan meningkat lebih dari 50% dalam 10
tahun ke depan. Pada tahun 2005, diperkirakan 1,1 juta orang meninggal karena
diabetes, hampir 80% diantaranya terjadi di negara berpenghasilan rendah dan
menengah, dan setengah dari pada orang di bawah usia 70 tahun, 55% dari
kematian diabetes pada wanita (Anonim, 2012). WHO memprediksi Indonesia sebagai
negara no 4 di dunia dengan jumlah penderita DM sebesar 21,3 juta pada tahun 2030
setelah India, Cina, dan Amerika Serikat.
2.
Klasifikasi diabetes mellitus
American Diabetes Association (ADA) mengklasifikasikan DM menjadi empat kelas yaitu DM tipe I, DM tipe
II dan diabetes tipe tertentu dari diabetes karena penyebab lain, misalnya disebabkan
karena cacat genetik dan diabetes gestasional.
a.
Diabetes
mellitus tipe I. Merupakan
DM yang tergantung pada insulin. DM tipe I dicirikan dengan hilangnya sel beta
pada pulau-pulau Langerhans pankreas sehingga terjadi defisiensi insulin yang
absolut pada tubuh. DM tipe ini dapat diderita oleh anak-anak maupun orang
dewasa. Saat ini, DM tipe I hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin dan
pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat monitor
pengujian darah.
b.
Diabetes
mellitus tipe II. DM tipe
II ini disebabkan oleh kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin. DM
tipe II ini merupakan diabetes yang paling umum terjadi dibandingkan dengan
jenis diabetes lainnya. Etiologi dari DM tipe II belum sepenuhnya diketahui
secara jelas. Faktor genetik dan pengaruh lingkungan cukup berperan menyebabkan
DM tipe II, antara lain obesitas, diet tinggi lemak dan rendah serat serta
aktivitas yang kurang. Selain resistensi insulin pada penderita DM tipe II
dapat juga timbul gangguan sekresi insulin dan produksi gula hepatik yang
berlebihan, namun tidak terjadi kerusakan sel-sel beta seperti pada DM tipe I.
Defisiensi fungsi insulin pada penderita DM tipe II bersifat relatif tidak
absolut (BINFAR, 2005)
c.
Diabetes
mellitus tipe lain.
Terdapat beberapa faktor penyebab diabetes jenis ini diantaranya penyakit pada
pankreas yang merusak sel β, seperti hemokromatosis, pankreatitis, fibrosis
kistik, sindrom hormonal yang mengganggu sekresi dan atau menghambat kerja
insulin, seperti akromegali, feokromositoma, dan sindrom Cushing, obat-obat
yang mengganggu sekresi insulin antara lain fenitoin (Dilantin) atau menghambat
kerja insulin (estrogen dan glukokortikoid), kondisi tertentu yang jarang
terjadi, seperti kelainan pada reseptor insulin dan sindrom genetik (Arisman,
2011).
d.
Diabetes
gestational.
Diabetes kehamilan didefinisikan sebagai setiap intoleransi glukosa yang timbul
atau terdeteksi pada kehamilan pertama, tanpa memandang derajat intoleransi
serta tidak memperhatikan apakah gejala ini lenyap atau menetap selepas
melahirkan. Diabetes jenis ini biasanya muncul pada kehamilan trimester kedua
dan ketiga. Kategori ini mencakup DM yang terdiagnosa ketika hamil (sebelumnya
tidak diketahui). Wanita yang sebelumnya diketahui telah mengidap DM, kemudian
hamil, tidak termasuk ke dalam kategori ini (Arisman, 2011).
3.
Patofisiologi DM
Karbohidrat terdapat dalam berbagai bentuk termasuk gula sederhana atau
monosakarida dan unit-unit kimia yang komplek seperti disakarida dan
polisakarida (Sylvia et al, 2005). Organ tubuh manusia yang berperan
penting dalam metabolism karbohidrat adalah pankreas (Jones, 2003). Pankreas
secara histologi terdiri dari sel acini dan islet Langerhans yaitu berupa sel
alfa, sel beta, dan sel delta. Setiap sel memiliki fungsi dan peranannya
masing-masing antara lain sel alfa berperan dalam mensekresikan glukagon sebagai
respon dari penurunan kadar gula dalam darah. Sel beta berperan penting
terhadap sekresi insulin sebagai respon dari peningkatan kadar gula dalam darah
(Jones, 2003).
Metabolisme karbohidrat diatur oleh hormon insulin dan glukagon. Pada
keadaan normal kedua hormon ini akan menjaga kadar gula darah tetap pada
rentang normal dan menjamin ketersediaan glukosa untuk disuplai ke sel-sel
syaraf pusat. Insulin bekerja menurunkan kadar glukosa darah dengan menghambat
glikogenolisis, menstimulasi lipogenesis, serta menstimulasi glikogenesis.
Glikogenolisis merupakan perubahan glikogen menjadi glukosa. Lipogenesis
memfasilitasi masuknya glukosa ke dalam jaringan lemak. Saat kadar gula dalam
darah turun sel alfa mengeluarkan glukagon dan menstimulasi hormon-hormon counterregulatory
seperti hormon kortisol, adrenalin, yang mampu meningkatkan kadar glukosa
darah dengan menstimulasi glikogenolisis, glukoneogenesis disertai dengan
lipolisis. Penderita diabetes mellitus, pengaturan kadar gula darah tidak
berjalan normal (Jones, 2003).
4.
Gejala klinik dan kriteria diagnosis
Gejala klinik dari
pasien DM adalah : Poliuria, Polifagia, Polidipsi, Penurunan berat badan,
Pandangan kabur, Pusing, Mual dan Kesemutan.
Kriteria diagnosis DM:
•
HbA1c ≥ 6,5%
•
Gula darah puasa ≥ 126 mg/dl
•
Gula darah 2 jam sesudah makan ≥ 200 mg/dl
•
Gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dl
5.
Metode analisa kadar glukosa darah
a.
Metode
glukometer. Metode
ini merupakan metode yang paling banyak dipilih dan paling sering digunakan.
Metode ini paling mudah dan cepat dilakukan. Mekanisme kerja glukometer dimana
sampel darah akan masuk ke dalam test strip melalui aksi kapiler. Glukosa yang
ada dalam darah akan bereaksi dengan glukosa oksidase dan kalium ferisianida
yang ada dalam strip dan akan dihasilkan ferosianida. Kalium ferosianida yang
dihasilkan sebanding dengan konsentrasi glukosa yang ada dalam sampel. Oksidasi
kalium ferosianida akan menghasilkan muatan listrik yang kemudian akan diubah
oleh glukometer untuk ditampilkan sebagai konsentrasi glukosa pada layar.β-D-Glukosa+kalium
ferisianida glukosa oksidase asam glukonat+Kalium Ferosianida Kalium
Ferosianida oksidasi kalium Ferisianida + e –
b.
Metode
glucose dehidrogenase (GLUC-DH). GLUC-DH adalah sebuah metode rutin enzimatik penuh yang diberikan dari
yang lain oleh spesifikasinya yang tinggi dan praktis. Pengukuran dilakukan
dengan spektrofotometri UV-Vis daerah 546 nm. Prinsip metode ini adalah glukosa
dehidrogenase mengkatalisa oksidasi dari glukosa. Metode GLUC-DH dapat
digunakan pada bahan sampel dideproteinisasi serta untuk hemolisat (Merck,
1987).
c.
Metode
GOD-PAP. Reaksi
kolorimetri-enzimatik untuk pengukuran pada cahaya yang terlihat oleh mata.
Persamaannya:
Glukosa + O2 + H2O GOD Asam Glukolat + H2O2.
d.
Metode
O-toludine. Prinsip
kerja dari metode ini adalah glukosa bereaksi dengan o-toludine dalam asam
asetat panas dan menghasilkan senyawa berwarna hijau yang ditemukan secara
fotometris.
6.
Komplikasi DM
Penderita DM sangat rentan terhadap berbagai komplikasi penyakit. Pada
prinsipnya kontrol gula darah yang ketat dapat mengurangi resiko komplikasi.
Komplikasi diabetes mellitus dapat mengenai beberapa organ antara lain mata,
ginjal, saraf, pembuluh darah besar dan kecil (Isoma, 2001). Komplikasi kronik
yang terjadi meliputi komplikasi makroangiopati dan mikroangiopati.
7.
Terapi DM
Obat antidiabetes oral yang tersedia saat ini cukup efektif untuk terapi
DM tipe II. Saat ini tersedia lima golongan obat antidiabetes oral untuk DM
tipe II, yaitu golongan sulfonilurea (contoh: glimepirid, gilipizid dan
glibenklamid), biguanida (contoh: metformin), meglitinida, inhibitor
α-glukosidase (contoh: akarbose dan miglitol), dan agonis reseptor PPAR-γ
(glitazon). Berdasarkan mekanisme penurunan kadar glukosa, biguanida dan
glitazon dikategorikan sebagai sensitisator insulin karena kemampuannya
mereduksi resistensi insulin, sedangkan sulfonilurea dan meglitinida
dikategorikan sebagai peningkat sekresi insulin karena kemampuannya
meningkatkan pelepasan insulin endogen (DiPiro et al., 2008). Target terapi DM:
·
HbA1c < 7,0%
·
Gula darah 2 jam sesudah makan < 180 mg/dl
·
Gula darah pre pandial 70 – 130 mg/dl (ADA Guidelines,
2012)
8.
Kesimpulan
Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok penyakit yang dikarakterisasi
oleh tingginya level glukosa darah sebagai akibat dari penurunan kemampuan
tubuh untuk memproduksi dan atau menggunakan insulin (American Diabetes Association, 2011). Saat ini tersedia lima golongan obat
antidiabetes oral untuk DM tipe II, yaitu golongan sulfonilurea (contoh:
glimepirid, gilipizid dan glibenklamid), biguanida (contoh: metformin),
meglitinida, inhibitor α-glukosidase (contoh: akarbose dan miglitol), dan
agonis reseptor PPAR-γ (glitazon).
SENARAI :
Poliuria : banyak kencing
Polifagia : banyak makan
Polidipsi : banyak minum
Daftar Pustaka
[ADA]. 2012. Standar
of medical care in diabetes-2012. American
Diabetes Association Journal. Vol. 35.
American Diabetes
Association. 2011. Standards of medical care in diabetes, diabetes
care. Supplement_1. Volume
34:512
DiPiro JT, Talbert RL, Yee GC, Matzke GR, Wells BG, Posey
LM. 2008. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. Seventh Edition.
New York: McGraw-Hill.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar